Perempuan, berasal dari kata dasar empu yang diberi imbuhan Per dan akhiran An. Sedangkan empu, bermakna seseorang yang dihormati, dituakan, disegani dan mampu memimpin.
Maka perempuan diharapkan adalah sebagai seseorang yang bisa menjaga kehormatan pribadi dan mampu memimpin dirinya sendiri. Ataupun jikalau sudah berkeluarga, selayaknya dia mampu memimpin anak-anaknya ke jalan taqwa.
Lalu bagaimana dengan wanita? Sejauh yang saya ketahui, istilah wanita berasal dari Bahasa Jawa wani dan tata yang jika digabungkan maknanya berarti “wani nata” dan “wani ditata”, yakni seorang yang berani mengatur tapi juga mau diatur, diajar, dan di didik sesuai kodratnya sebagai pendamping laki-laki.
***
Bicara tentang perempuan dan wanita, keduanya hanyalah istilah yang digunakan untuk mewakili manusia yang dalam perjalanan hidupnya berperan sebagai anak, istri dan ibu.
Saya sendiri lebih senang menyebut diri saya sebagai seorang Muslimah.
Yap, seorang perempuan/wanita yang beragama Islam, I’m proud with that!
Menjadi seorang Muslimah akhir zaman bukanlah perkara sederhana.
Di tengah arus feminisme dan globalisasi, muslimah masa kini diuji dengan tantangan pola pikir modern yang seringkali berbenturan dengan nilai-nilai kebaikan Islam.
Jika mereka tak mampu memimpin dirinya sendiri, tentu akan sulit menjaga kehormatan dan nilai dirinya di mata orang lain.
Jika mereka bisa memimpin dirinya namun terlampau mandiri, seringkali Muslimah luput akan kodratnya, untuk rela dididik dan ditata oleh pasangannya.
Yah, begitulah..
Saya jadi teringat perkataan seorang teman, yang redaksionalnya kurang lebih begini..
Seorang non Muslim tidaklah membaca Al-Qur’an dan mempelajari Hadist. Namun mereka menilai dari attitude mu. Maka, tunjukkan diri sebagai duta Islam yang baik di mata dunia..
Sejalan dengan pemikiran teman saya ini, saya pun teringat dengan novel "99 Cahaya di Atas Langit Eropa" karangan Hanum Salsabiela Rais yang menceritakan tentang perjalanan kehidupannya di benua lain. Ia mengatakan, bahwa kita haruslah bisa menjadi agen muslim yang baik di manapun berada.
Sejak itulah saya terdorong untuk menjadi seorang agen muslimah yang baik juga. Bukan hanya untuk menunjukkan kepada dunia, namun juga untuk menginspirasi muslimah lainnya. Agar mereka turut bangga dan mencintai ajaran Islam yang dibawa Baginda Nabi, Islam rahmatan lil’alamin.
Sesuai ajaran Islam yang saya percayai, Muslimah dituntut untuk siap di segala kondisi, cerdas dan kompeten di segala situasi. Tak cukup berbekal pengetahuan agama yang luas, Muslimah juga harus memiliki keterampilan hidup di semua bidang yang digelutinya.
Sebagai anak, Muslimah haruslah memiliki sifat berbakti dan pada orangtuanya, pun tak lupa menjaga kehormatan keluarganya.
Sebagai istri, Muslimah tetunya juga haruslah pandai merawat diri dan menjaga penampilannya di hadapan pasangan. Terampil mengurus rumah tangga dan mendidik buah hatinya. Serta mau menurunkan ego diri, rela diatur dan di didik sepenuh hati tanpa mencederai kehormatan suaminya.
Sebagai Ibu, Muslimah haruslah memiliki keterampilan mengelola rumah tangga, manajemen waktu yang baik dan empati yang tinggi terhadap keluarganya.
Jadi apapun kondisinya, Muslimah masa kini harus terus memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Belajar sepanjang hayat, beramal untuk akhirat. Agar segala aktivitas kita diberkahi oleh Allah ta’ala.
Aamiin Allahumma Aamiin
Comentários