Sebuah cerita tentang prinsip pengasuhan ibu tunggal dengan 3 anak (12y, 9y, 6y)
Teringat saya pada percakapan malam tempo hari bersama si sulung..
"Kamu kenapa nak, kok menyendiri begini?" tanyaku. "Bunda sekarang suka diemin aku.. deketnya sama adek2 terus", balasnya. Ohh rupa-rupanya gadis kecilku cemburu, pantes beberapa hari kemarin wajahnya ditekuk terus, batinku.
"Nak, bukan maksud bunda seperti itu sayang. Kakak kan sejak kecil paling puas ngobrol2 sama bunda, hampir setiap hari selaluuu curhat sama bunda. Beda sama Attar dan Hana, mereka ngga seperti kamu.. Nak, bunda hanya ingin berlaku adil memberikan perhatian dan kasih sayang, sesuai dengan kebutuhan anak2 bunda". Aku menjelaskan. "Kamu tau buah mangga nak? Buahnya manis sekali kan? Kita semua suka. Nah, anak2 bunda layaknya seperti buah mangga itu. Kakak adalah buah mangga yang sudah jadi, tapi belum matang. Bisa dimatangkan di pohon, bisa juga diperam sementara dalam beras sampai matang". "Attar, dia baru menjadi bakal mangga. Masih kecil dan butuh dijaga agar bisa menjadi mangga besar, kalo ngga dijaga nanti bisa dimakan kelelawar. Sedang Hana, masih bunga mangga yang cantik. Belum juga menjadi bakal mangga, jadi harus dilindungi supaya ngga rontok kalau terkena hujan dan angin".
"Begitulah cara bunda mendidik kalian, memberi perhatian sesuai porsinya. Kakak bisa ngerti kan?" tanyaku. Lalu ia membalasnya dengan anggukan pelan setelah deep conversation kami. "Begitulah nak.. bunda ingin meninggalkan kenangan manis kalian bersama bunda. Ngga ada yang bisa menjamin ketika mereka seusiamu, akan punya kesempatan yang sama seperti kakak saat ini. Berbincang sampai tengah malam sama bunda" (aku memeluknya erat). *** Yahh, mendidik anak memang tidak mudah, kita harus terus belajar dan berproses agar bisa selaras dengan perkembangan anak-anak kita. Semoga sedikit cerita saya tadi bisa diambil hikmah dan pelajaran untuk para ibu-ibu lainya. Senang bisa berbagiii 😊 Dari dalam Commuterline, Aksara Rani Berbagi cerita
Comentários